Endra S Atmawidjaja : Hanya 25 Persen Insinyur Urus Engineering, Sisanya Non Teknis Butuh Skil Komunikasi
Jakarta – Dulu ada anekdot bahwa anak teknik adalah anak kurang pergaulan (kuper) atau tidak bisa gaul. Sekarang ini, anekdot tersebut harus dirobah bagi semua anak teknik, karena sudah tidak valid lagi dengan perkembangan zaman.
Sekarang, semua anak teknik yang sudah menamatkan kuliah, salah satunya harus bisa menguasai komunikasi skill. Karena inilah tantangan sesungguhnya bagi mereka, mengingat dunia Insinyur adalah multi disiplinery skill atau kecakapan lintas disiplin. Sekarang harus bisa gaul.
Misalkan saja, jika seorang Insinyur mendesain sebuah jembatan. Sebagus apapun desain yang di buat, jika komunikasi nya tidak bagus, orang tak akan paham dengan desain yang dia miliki. Dibalik konsepsi desain, ada penjelasan yang harus dimengerti.
Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Komunikasi Publik, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra Saleh Atmawidjaja dalam diskusi webinar “Jadi Insinyur”, yang mengangkat tema Pentingnya kompetensi komunikasi dalam dunia insyinyur.
Kata Endra, profesi Insinyur merupakan salah satu profesi yang sangat mulia. Bahkan dari 10 profesi yang paling mulia, ke semuanya berhubungan dengan insinyur. Karena Insinyur merupakan problem solver dari pembangunan.
Cara membedakan insinyur yang baik dan luar biasa adalah tergantung cara komunikasinya untuk problem solver itu. Sekarang sudah banyak saluran komunikasi yang bisa dimanfaatkan.
“Jadi skil komunikasi itu di latih untuk mendukung tugas kita. Agar pemecahan masalah dalam pembangunan bisa terlaksana dengan baik serta dipahami semua orang,” jelasnya
Endra membandingkan, seorang Insinyur menghabiskan hanya 25-50 persen untuk urusan engineering, sisanya banyak urusan non teknis yang berhubungan dengan komunikasi. Seperti menyiapkan proposal, laporan pekerjaan, progres pelaksanaan, hingga laporan akhir pekerjaan.
Bahkan dari membuat proposal itu, banyak juga penjabarannya. Misal dari isi proposal membuat desain, mengitung budgeting, finansial juga, serta melakukan negosiasi dengan pihak tertentu. Ke semuanya membutuhkan komunikasi skill.
“Contoh lainnya seperti di PUPR, engineering diminta untuk melakukan pembebasan tanah untuk tol. Pekerjaan itu berhubungan langsung dengan beragam masyarakat. Jika skil komunikasi kita tidak ada, bagaimana kita berkomunikasi dengan masyarakat,” Kata Endra.
Sebagai seorang Insinyur yang bertugas di PUPR mengurus komunikasi publik, dirinya diminta melaporkan ke publik mengenai program, rencana kerja, progres kerja, capaian capaian di Kementerian PUPR
Apalagi PUPR diamanahi menggunakan dana yang besar oleh publik. Dana tersebut berasal dari pajak masyarakat yang susah payah dipungut oleh petugas. Masyarakat perlu tahu uang pajak mereka digunakan untuk apa.
“Tugas saya bukan hanya sebagai engineer , tapi melaporkan ke masyarakat bahwa uang pajak sebagai hak informasi pada masyarakat. Dalam UU KIP wajib hukum nya melaporkan ke publik informasi pembangunan yang dilakukan,” Tutup Endra. (Ridho)