TALAWI – Dalam suasana nasionalisme kepemudaan, Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020, Calon Gubernur Sumbar nomor urut 3, Irjen Pol (P) Drs H Fakhrizal, MHum berkunjung dan melihat kondisi Makam Pahlawan Nasional asal Talawi Profesor Mohammad Yamin, SH sekaligus memanjatkan doa sebagai penghormatan atas jasa besar putra besar Talawi tersebut di pentas sejarah Indonesia.
“Sebagai anak tentara dan mantan perwira tinggi di kepolisian serta sebagai pribadi yang mencalon sebagai Gubernur Sumbar, saya mesti memberikan tauladan. Bahwa kita harus memberikan penghargaan dan perhatian terhadap para pahlawan kita sendiri yang berasal dari ranah Minang. Sebab bangsa yang besar adalah yang pandai menghargai jasa Pahlawannya,” kata Fakhrizal kepada wartawan usai melaksanakan ziarah bersama istri tercinta, Ade Fakhrizal ke Makam M Yamin di Talawi, Rabu (28/10).
Kedatangan Jenderal Fakhrizal ke makam Pahlawan Nasional ini, dihantar langsung oleh seorang putra Talawi anggota DPRD Sumbar Taufik Syahrial, yang juga Ketua DPD Partai Nasdem Kota Sawahlunto, salah satu partai pengusung Fakhrizal Genius Umar (FAGE).
Fakhrizal juga dikawal langsung oleh Ketua Tim Pemenangan Fakhrizal Genius Umar Sawahlunto Alexander Isrin, yang juga Sekretaris DPD Partai Nasdem Sawahlunto. Selain itu, seorang tokoh masyarakat dan mantan Ketua Partai Demokrat Sawahlunto Asrijal SE yang juga pengusaha tambang batubara dan tokoh masyarakat Pariaman Sawahlunto Nasrul, juga mendampingi Jenderal Fakhrizal saat itu.
Fakhrizal menyatakan Pemuda di Sumbar harus mengetahui siapa tokoh tokoh besar yang pernah lahir di Sumbar dan menjadi orang hebat dalam perjuangan bangsa.
“Dengan demikian pemuda kita jadi tau, bahwa daerah kelahirannya bukan daerah biasa biasa saja, tetapi memegang peranan kunci dalam sejarah bangsa dan kemerdekaan Indonesia. Dan kita berharap para pemuda Sumbar terpicu pula untuk menjadi pahlawan dalam masa kekinian sesuai dengan posisi dan peran masing masing,” kata mantan Kapolda Sumbar ini.
Sebagai ilustrasi, Jenderal Fakhrizal menyebut peranan besar yang dimainkan Mahaputra Mohammad Yamin asal Talawi ini dalam masa perjuangan kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan.
“Beliau berasal dari Talawi yang sebenarnya sangat jauh dari peta demografi Indonesia. Tetapi Beliau muncul sebagai sosok yang sangat berperan dalam masa kemerdekaan dan perkembangan Sastra Indonesia. Itu menandakan, dari mana pun kita, kita tetap bisa memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa ini,” paparnya.
Berkaitan dengan itu, alumni SMA 2 Padang ini meminta para pemuda Sumbar juga harus melihat peranan dan posisi Sumbar dalam pembangunan Indonesia saat ini. “Kita harus bisa merefleksikan kembali peranan propinsi Sumbar saat ini dalam bentuk kontribusinya di masa lampau. Dan itu harus menjadi tanggungjawab pemuda hari ini menjawabnya,” paparnya.
Sebagai calon gubernur Sumbar, Jenderal Fakhrizal melihat bahwa dirinya harus memulai membangun kembali Sumatra Barat dari kebesaran sejarah dan peranan sangat pentingnya dalam pembangunan Indonesia.
“Saya haqqul yakin pemerintah pusat tidak melupakan peranan dan sejarah besar orang Minang di masa lampau. Tetapi untuk itu tentu dibutuhkan satu tokoh hari ini yang mampu merefleksikan realita itu dalam bentuk partisipasi lebih dari pemerintah pusat ke daerah kita ini,” kata Fakhrizal.
Sebab, paparnya, sebelum ini daerah Sumbar selalu berbuat dan bertindak kepada pemerintah pusat, selalu untuk kepentingan dan menjaga daya dukung anggaran yang lebih, tidak karena interes lain.
“Sumbar sejak dulu tidak pernah berpikir politik ke pusat, jika pun berpolitik arahnya untuk mengangkat kesejahteraan daerah, bukan politik praktis. Jika dilihat dari sejarah masa lalu kita, peran yang dilihat pusat itu adalah kontribusi para tokoh Sumbar. Itu yang menjadi tolok ukur pusat dalam melihat peran Sumbar. Hal itu harus kita tumbuhkan lagi sekarang, tidak perlu berpolitik praktis ke pusat. Itu domain partai, bukan domain daerah,” sebut Fakhrizal.
Para Pemuda Sumbar, tambah Fakhrizal, harus bijak dan jernih melihat problema daerahnya saat ini. Jangan terpancing dan terpengaruh oleh pandangan dan stigma negatif, yang pada dasarnya hanya akan membenturkan hubungan pusat dengan Sumbar jadi lebih buruk lagi.
“Para pemuda harus melihat kondisi Sumbar saat ini dengan peta politik yang terbentuk dan seperti apa daerah kita saat ini. Lalu tarik lurus melihat pola hubungan pusat dan Sumbar saat ini. Disitu akan terlihat persoalan yang sebenarnya,” papar Fakhrizal.
Fakhrizal juga berharap, para pemuda dan rakyat Sumbar menjadikan momentum Hari Sumpah Pemuda sebagai momentum pergerakan dan perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia, harus juga diwarisi sebagai perjuangan hari ini membangun Sumbar yang lebih sejahtera dan bermartabat.
Sekilas Pahlawan Nasional M Yamin
Pahlawan Nasional Mohammad Yamin adalah Tokoh Kemerdekaan dan Sastrawan Indonesia. Beliau juga ditulis lengkap namanya dengan gelar Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H.
Beliau lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatra Barat, 24 Agustus 1903 dan meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun). Beliau adalah seorang sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus “pencipta imaji keindonesiaan” yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
Mohammad Yamin adalah Menteri Penerangan Indonesia ke -14 dengan masa jabatan
6 Maret 1962 – 17 Oktober 1962, Menteri Sosial dan Kebudayaan Indonesia ke-15 dengan masa jabatan 10 Juli 1959 – 30 Juli 1959 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
M Yamin juga sempat menjabat Ketua Dewan Perancangan Nasional keempat dengan masa jabatan 23 Oktober 1958 – 17 Oktober 1962.
Beliau juga pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Ke-9 masa jabatan 30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955 pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo.
Terakhir M Yamin diangkat menjadi Menteri Kehakiman Indonesia Ke-6 dengan Masa jabatan 27 April 1951 – 14 Juni 1951 masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo.
Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatra Bond dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II.
Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia. (*)