Majalahintrust – Pikiran itu energi. Kekuatannya lebih terang dari cahaya lampu dan lebih kuat dari besi. Dunia adalah belantara pertanyaan. Bila pertanyaan tak terjawab dunia mirip seperti kuburan bagi orang hidup. Ia menjadi siksaan dalam derita sampai mati tanpa batu mejan tak bernama.
Tanpa pikiran, manusia ‘lenyap’. Ia hidup, tapi sejarah tak mencatatnya karena tak ada cerita masa lalu yang pantas dan patut untuk dikenang.
Manusia ‘ ada’ karena selalu ada cerita di tiap ia melangkah. Jejaknya menjadi catatan yang tak terhapus dan tak tergulung oleh ombak yang menghempas di bibir pantai.
Faldo Febby bukan langkah asal berjalan.Bukan langkah asal bergerak. Bukan langkah asal berasak.Bukan langkah asal mengayun. Bukan langkah asal tagarak. Bukan langkah tanpa arah. Bukan seperti katak melompat dalam kolam, plump !
Langkah Faldo Febby adalh langkah jalan pikiran. Karena mereka paham dan mengerti, melangkah tanpa berpikir adalah kemubaziran. Faldo Febby adalah melangkah dalam langkah kemanfaatan untuk ‘sekalian alam’ di ruang berfaedah dan bermakna.
Insan cerdas menciptakan dan membuat makna, insan lain menikmati makna. Febby Faldo adalah insan ‘titipan’ makna untuk membuat hidup benar-benar lebih bermakna positif.
Makna positif itu dimulai dari langkah. Langkah dimulai dari pikiran dan digerakkan oleh hati. Mereka “manggarik” karano “garak” dan bakahandak karano “alam”.
Ketika kabau lelah mandaki lalu bertanya pada padati, apakah parantian masih jauh? Belum sempat padati bakato, bumi jo langik nan majaweknyo: “ Nan dituju lah sampai, nan dinanti alah tibo”.
Faldo Febby adalah “jawaban” dari tujuan dan jawaban dari pertanyaan. Mereka telah tiba.Mereka telah ada. Mereka telah datang dengan membawa dan menawarkan pikiran-pikiran untuk kehidupan cerdas bermakna di ruang lapang rumah gadang kita.
Faldo Febby masuk ke gelanggang. Ia diarak bukan karena sorak bukan pula karena tepuk tangan tukang dongkak atau tukang dongkrak. Bukan. Ia masuk ke tengah gelanggang bukan pula karena dimasuk-masukkan. Bukan.
Ia masuk karena seakan-akan panggilan “alam” yang muak melihat layar keburukan terkembang yang mempertontonkan derita yang oleh penonton masih dianggap taman bunga.
Ia masuk ke gelanggang bukan untuk merebut hati sang raja berputri cantik. Ia masuk ke gelanggang untuk merobohkan para bandit pikiran yang merajalela merusak kampuang dan nagari.
Bagai seorang pendekar nan masuk ke gelanggang. Ketika “kaji” sudah putus dan makrifat sudah sampai dalam titah sang guru di alam nan takambang, turun gunung bukanlah beban. Ia adalah perjuangan yang dimulai dari langkah-langkah kebajikan.
Bagai seorang pendekar, nan langkah sudah di buka. Langkah satu, langkah penyerahan diri kepada Yang Maha Kuasa. “ Ya Allah, tunjukkanlah langkah kami ke langkah yang baik,benar,tanpa dusta”. Langkah dua langkah bertanya, sudah cukupkah alasan untuk langkah keputusan. Langkah ketiga adalah langkah kato putuih kato sampai yang tak akan mungkin lagi di arak suruik.
Faldo Febby adalah langkah pikiran yang tak akan mungkin surut demi menyebarkan kebaikan di tengah kehidupan umat dalam persimpangan jalan yang mencemaskan.
Faldo Febby adalah hati yang berkamar di ruang pikiran. Buntu pikiran, gelap jalan ke muka. Buntu pikiran, sampik hati. Janiah pikiran, barasiah hati, lapang langkah ke depan.
Faldo Febby ibarat kertas putih dalam lembaran pikiran yang jernih dan hati yang bersih.
Mereka adalah jalan pikiran yang membuka jalan kehidupan untuk lebih asik, lebih menarik, lebih berfaedah, lebih bermakna dan lebih nyaman di tiap ruang pergantian siang dan malam di nafas kehidupan yang nyaman.
Nyaman dunia pendidikan dengan jalan pikiran berkearifan lokal. Nyaman dunia perdagangan di jalan pikiran yang menyamarakkan. Nyaman dunia wisata yang bernafas ekonomi kerakyatan. Nyaman, ruang pertanian di tengah lahan yang subur dan menyuburkan.
Nyaman dunia spirutualitas dalam kesepakatan adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Tarang jalan ka musajik, surau ‘roboh’ tagakkan kembali, patagok tiang rumah gadang!
Katiko bumi manarimo, langik maangguak, badai di lawik lah rado , biduak lalu layia lah takambang nan kiambang lah batauik pulo; saatnyo kito tabikkan semangat mambangkik batang tarandam jo sapo hati barasiah sajaniah pikiran: “ salamaik datang Faldo Febby di Minangkabau kumbali…”.
Faldo Febby; bangkiklah batang tarandam. Apo nan batang? Nan batang tu batang pikiran. Apo nan tarandam. Nan tarandam tu pangana. Bangkik batang, mambusek pangana.
Faldo Febby adalah pikiran nan bangkik nan padek dan pangana nan mambusek di ateh bumi di bawah langik.
Semoga Pikiran Minangkabau; bangkit !