Sawahlunto, Intrust – Sebanyak 40 siswa SMA N 3 Sawahlunto mengunjungi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kayu Gadang, Desa Santur, Rabu (19/10). Didampingi Majelis Guru Penggerak sekolah, kehadiran pelajar sekolah disambut langsung oleh tim dari Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, Pertanahan dan Lingkungan Hidup (PKP2LH) Kota Sawahlunto.
Dalam kunjungan tersebut para pelajar diminta langsung oleh guru penggerak untuk melakukan observasi ke semua lokasi dan fasilitas yang ada di TPA sampah.
Pada arahannya Sub Koordinator Perencanaan dan Tata Lingkungan, Andri Maha Putra mengungkapkan luasan lahan TPA sampah yang dimanfaatkan adalah 9,13 Ha dengan jumlah volume timbulan sampah kota sebanyak 18-21 ton perhari.
“Dari sampah kota tersebut, yang masuk ke TPA sampah sekitar 13-14 ton perhari dengan sistem operasi TPA dengan penerapan kontrol maupun sanitary landfill serta sarana prasarana lainnya yang ada di TPA,” ucap Andri.
Sementara itu, Penelaah Dampak Lingkungan, Uttiya Annissa menambahkan bahwa TPA sampah dapat menghasilkan gas metan yang memiliki potensi untuk diolah menjadi energi listrik.
“ Tapi karena jumlah sampah di kota kita yang masuk ke TPA masih sedikit maka mengubah gas jadi listrik belum kita lakukan karena tidak efektif dan efisien,” kata Uttiya.
Program sekolah penggerak ini menurut guru pembimbing Ibu Misrayenti, Siska, Ewit, Syafria dan Pak Hengki, merupakan project dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan khususnya terkait penguatan profil pelajar Pancasila.
Dijelaskan oleh Ibu Mis, SMA 3 mengangkat tema tentang gaya hidup berkelanjutan khususnya mengenai program pengelolaan sampah di sekolah yang memiliki motto bersih hijau asri sehat (berhias).
Antusiasme para pelajar seperti keingintahuan mereka tentang instalasi pengolahan air limbah (IPAL), bagaimana cara mengantisipasi pencemaran air tanah dari sampah serta cara mengurangi agar sampah tidak penuh masuk ke TPA.
“Jadi program sekolah penggerak ini berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi literasi, numerasi dan karakter dimana kegiatannya ada yang terintegrasi dengan ekosistem lingkungan,” kata Misrayenti menambahkan.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas PKP2LH, Adrius Putra menyambut baik kolaborasi yang muncul dari sekolah-sekolah yang ada di Kota Sawahlunto melalui program sekolah penggerak ini. Apalagi salah satu yang dipelajari itu secara aplikasi adalah terkait pengelolaan dan pengolahan sampah. Ia turut menugaskan tim untuk ikut aktif mendampingi sekolah yang berminat terkait pengelolaan sampah itu sampai tuntas.
“Semoga dengan aktifnya pengelolaan sampah di sekolah melalui rumah kompos dan bank sampah sekolah maka terbangun budaya peduli lingkungan hidup dan sampah sedari usia pelajar sehingga persoalan pengurangan sampah di Kota Sawahlunto lebih mudah dikendalikan dengan baik,” ujar Adrius. tri
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.