BATUSANGKAR — Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, M.Sc. Psikolog mengikuti sekaligus memberikan materi dalam acara Talk Show Orasi Ilmiah Prospektif Peningkatan Produktivitas SDM setelah satu dekade bersama Bank Nagari yang bertema “Melalui Resolusi 2021 from Pandemic Crisis Toward Digital Urgensi” di Hotel Emersia Batusangkar, Sabtu (6/2/2021).
Kebersamaan pemerintah Provinsi Sumatera Barat selama 10 tahun dengan Bank Nagari menunjukan bahwa perbaikan ekonomi global belum menunjukkan perkembangan sesuai harapan. Asesmen terakhir Bank Nagari berkesimpulan bahwa pelemahan ekonomi global masih berlangsung, diikuti harga komoditas yang masih rendah, dan aliran modal turun.
“Semua Pemerintah daerah provinsi Sumbar meletakan uang di satu tempat yaitu di Bank Nagari. Akhirnya Bank Nagari menjadi besar dan siap bersaing dengan Bank lainnya,” sambut Irwan Prayitno dalam materinya.
Pemprov Sumbar kembali berupaya mengajak semua pihak yang terkait, antara lain pemerintah daerah, pelaku usaha, perbankan, dan akademisi, untuk lebih meningkatkan kepekaan terhadap gejolak perekonomian serta melakukan upaya untuk mengantisipasinya.
“Bahkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya dalam mendukung pengembangan UMKM, yaitu dengan penyediaan kajian/penelitian tentang Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan UMKM di Sumatera Barat.
Selain itu pemerintah mengarahkan pihak perbankan untuk memberikan kemudahan bagi UKM atau disebut sektor produktif dalam pengembangan usaha mereka, sehingga dapat berkembang dengan baik, terutama program KUR.
Dari hasil penelitian KPJu unggulan dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan UMKM serta peningkatan peran lembaga perbankan dan kontribusinya dengan meningkatkan dan memperluas jaringan pelayanan disertai peningkatan kemampuan SDM dalam hal memahami karakter UMKM khususnya pada bisnis KPJu Unggulan.
Gubernur Irwan Prayitno menjelaskan bagaimana pentinyan peran managemen SDM, yaitu yang pertama, memilah dan memilih karyawan yang sesuai dengan kompetensi jabatan. Langkah ini sengaja diambil untuk mendapatkan karyawan yang betul-betul memiliki kemampuan dan bakat yang mumpuni
Perusahaan pastinya tak ingin sekedar menerima orang tanpa melihat latar belakang serta bakat yang dimiliki. Apalagi bila karakter yang dimiliki juga terkesan tidak mendukung potensi karirnya berkembang. Seperti yang kita ketahui, ada orang pintar yang terlalu sombong dengan kemampuannya hingga tak ingin belajar lagi.
Kedua, menganalisis kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Untuk meningkatkan daya saing karyawan dalam menghadapi persaingan bisnis yang selalu berkembang serta membekali karyawan agar siap dengan perkembangan terbaru, maka perusahaan biasanya akan melakukan training SDM.
Training SDM ini sangat penting dan dibutuhkan oleh hampir semua perusahaan. Training atau pelatihan sendiri bisa disebut sebagai bentuk investasi dimana hasilnya harus bisa dirasakan di masa yang akan datang.
Dengan menerapkan cara melakukan analisa kebutuhan pelatihan SDM, maka perusahaan bisa melaksanakan training yang lebih tepat sasaran serta hasilnya bisa maksimal bagi para karyawan.
Ketiga, memenuhi kebutuhan karyawan terkait remunerasi, benefit dan aktualisasi diri. Remunerasi berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja. Namun demikian banyak perusahaan mengabaikan potensi tersebut dengan suatu persepsi bahwa remunerasi tidak lebih sekadar a cost yang harus diminimalisasi.
Tanpa disadari beberapa perusahaan yang mengabaikan potensi penting dan berpersepsi keliru telah menempatkan sistem tersebut justru sebagai sarana meningkatkan perilaku yang tidak produktif atau counter productive. Akibatnya muncul sejumlah persoalan personal berasal dari sistem remunerasi yang tidak proporsional.
Keempat, ini yang terakhir yang paling penting menyiapkan karyawan berpotensi sebagai future leader (Talent Pool).
Talent Pool/Talent Management merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi para pegawai yang memiliki kapabilitas untuk menjadi Future Leaders. Proses identifikasi ini didasarkan pada dua elemen kunci, yakni aspek kompetensi dan aspek kinerja (performance).
Aspek Kompetensi adalah input yang melekat pada seseorang, dan yang akan menjadi bekal dia untuk melakukan tugasnya dengan baik. Sedangkan Aspek Performance (kinerja) merupakan hasil nyata (output) dari suatu pekerjaan.
Idealnya antara kompetensi dan kinerja menjadi dua hal yang berkorelasi positif. Artinya, jika seseorang memiliki kompetensi tinggi, maka hasil dan target pekerjaan juga dapat dicapai dengan baik.
“Untuk itu, Bank Nagari diharapkan lebih bersinergi dengan pemerintah daerah menjadi harapan setiap daerah,” ulasnya.
Pemerintah daerah membutuhkan support banyak kalangan guna mendorong percepatan pembangunan daerah, salah satunya dukungan Bank Nagari. (*)