Pangkalan – Jalur transportasi dari Provinsi Sumatera Barat menuju Provinsi Riau merupakan jalur perbatasan paling tersibuk, memasuki Nagari Ranah Minang. Ribuan kendaraan melintasi jalur ini setiap harinya. Jika dalam kondisi libur, puluhan ribu kendaraan dipastikan menggunakan jalur tersebut.
Apabila mengalami sedikit saja kendala pada jalur ini, kemacetan kendaraan pun tak terhindarkan. Bahkan pada setiap musim lebaran, antrian kendaraan mengular hingga puluhan kilometer, saking padatnya kendaraan yang melewatinya.
Oleh sebab itulah, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) III Padang melalui Satuan kerja (Satker) Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) I Sumbar, menjaga betul infrastruktur jalan maupun jembatan di wilayah dimaksud.
Tindakan nyata yang dilakukan adalah dengan menjaga kondusifitas Jembatan Sipopai yang berada di Kecamatan Pangkalan, Kabupaten 50 Kota. Jembatan Sipopai merupakan jembatan jenis Calender Hamilton (CH) yang dibangun sejak 1976.
“Pekerjaan infrastruktur yang dilakukan berkat kebijakan Direktorat Jembatan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, agar Jembatan CH segera diduplikasi, karena telah berusia tua. Supaya dampak negatif dikemudian hari dapat diminimalisir,”kata PPK 1.2 Satker PJN I Sumbar Saktianto ST MT kepada Majalah Intrust.
Jembatan Sipopai yang baru disebutkan Saktianto, dibangun menggunakan dana APBN Kementerian PUPR Tahun anggaran 2019. Pekerjaan jembatan dimulai pada Juli dan telah selesai akhir Desember.
Spesifikasi jembatan menggunakan rangka baja dengan panjang bentang 50 meter, lebar abutment 11 meter, lebar jalan 8 meter,lebar trotoar 1 meter, serta memliki kekuatan 8 ton dengan umur rencana perkiraan mencapai 50 tahun.
Dirinya mengakui banyak kendala selama pekerjaan kontruksi di lapangan, sehingga membuat PT Faktanusa Ciptagraha kontraktor pelaksana yang dipercaya membangun jembatan kewalahan.
Kendala yang dihadapi selama proses pembangunan berlangsung seperti ditambahkan Seat Manejer (SM) PT Faktanusa Ciptagraha Armansyah ST adalah, menghadapi bencana alam.
Banjir yang kerap terjadi dalam rentang waktu November hingga Desember membuat pekerjaan berjalan tidak lancar. Jika banjir terjadi dan air sungai penuh, butuh waktu lima hari menunggu air surut.
Bencana longsor yang terus membayangi disekitar jembatan, membuat pekerja menjadi tidak tenang dan merasa was was dalam bekerja. Bahkan satu operator alat berat meninggal, akibat dari bencana longsor tersebut.
Menyiasati keterlambatan pekerjaan akibat bencana alam, perusahaan pun mengambil kebijakan dengan melaksanakan pekerjaan siang dan malam, supaya tidak melewati tenggat kontrak pekerjaan yang sudah disepakati.
” Kalau pekerjaan kontruksi sebenarnya tidak ada kendala. Pemasangan pondasi, tiang Abutment, pemasangan rangka baja, dan lainnya bisa kami laksanakan. Hanya saja, bencana alam yang sering melanda daerah sana, membuat kami kewalahan,. Disamping itu banyaknya utilitas PLN dan Penerangan Jalan Umum (PJU) juga menjadi salah satu penghambat dallam bekerja”tuturnya.
Kepala BPJN III Padang Ir H Aidil Fiqri MT pada kesempatan terpisah menyebutkan, jembatan beruusia tua, apalagi jenis jembatan Calender Hamilton yang harus diganti berjumlah ratusan unit. Namun perlahan lahan, dirinya berupaya mengganti jembatan tua itu.
“Selain jembatan Sipopai, kita juga sudah mengganti jembatan Salido di Painan, jembatan Patai diatas dan Sarik Laweh di Palupuh, dan beberapa jembatan tua lainnya. Kita tak ingin kejadian seperti Jembatan Batang Kalu terjadi pula di tempat lain,” Tutup Aidil.(RWF)