Sawahlunto, majalahintrust.com – Malam puncak Galanggang Arang di Kota Sawahlunto secara meriah diselenggarakan di Museum Goedang Ransoem, Sabtu (6/7). Acara kali ini terasa lebih istimewa karena sekaligus memperingati 5 tahun penetapan Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.
Galanggang Arang sebagai suatu platform untuk memperkuat ekosistem WTBOS dimulai pada tanggal 4 Mei 2024 lalu di Jembatan Siti Nurbaya, lalu dilanjutkan Kota Solok, dan puncak di Kota Sawahlunto yang digelar tanggal 3-6 Juli 2024.
Kurator Galanggang Arang Edy Utama mengatakan pemanfaatan kawasan cagar budaya WTBOS sebagai ruang publik merupakan upaya strategis untuk merawat dan memanfaatkan berbagai warisan dunia di Sawahlunto dengan prinsip perlindungan dan pelestarian.
“Diharapkan acara ini dapat menumbuhkan kepedulian masyarakat luas dan pemangku kepentingan untuk merawat dan melindungi warisan dunia WTBOS,” ucap Edy.
Sementara itu, Pj Wako Fauzan Hasan mengucapkan konsep pemanfaatan cagar budaya WTBOS untuk kegiatan seni budaya adalah sesuatu yang sangat menarik, karena Sawahlunto memiliki 45 situs cagar budaya yang dapat dikembangkan sebagai ruang publik baru.
General Manager PT. Bukit Asam UPK Ombilin Kota Sawahlunto Yulfaizon menyampaikan dukungan penuh karena mempunyai kekayaan warisan dunia dan siap mendukung Sawahlunto sebagai destinasi wisata dunia. Ditambahkannya lagi, kantor pusat PT. Bukit Asam tbk, yang merupakan salah satu cagar budaya WTBOS sedang direnovasi untuk menjadi hotel heritage bintang empat.
Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, WTBOS menjadi bukti bahwa tatanan ekonomi dunia modern bergantung pada ekstraksi sumber daya alam (SDA) di negara jajahan dan bagaimana Indonesia, yang ketika itu merupakan koloni Belanda, berperan penting dalam lahirnya modernitas dalam sejarah dunia.
“WTBOS dapat menjadi situs pembelajaran bagi masyarakat tentang kedudukan Indonesia dalam sejarah dunia, peran pengetahuan lokal dalam pembentukan peradaban modern, dan pentingnya bersikap kritis terhadap warisan kultural dari kolonialisme,” ucap Hilmar Farid.
Selain melibatkan berbagai elemen masyarakat yang ada di kota, Galanggang Arang turut diisi oleh beberapa musisi Indonesia yaitu drummer Gilang Ramadhan dan Taufik Adam hingga musisi kelas dunia seperti Miho dan Katsu musisi dari Jepang, Wilmer Montoya atau Pacha Chalwanka musisi dari Peru.
Galanggang Arang Sawahlunto turut menggelar sejumlah kegiatan lainnya, seperti Dialog Pengenalan Kaum Muda terhadap WTBOS, Lokakarya Guru-guru MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), dan diskusi tentang musik tradisi nusantara. tri
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.