0Jakarta, Intrust — Efek stunting terhadap kesehatan, pembangunan sumber daya manusia Indonesia akan menjadi tantangan di masa yang akan datang. Karena masalah gizi juga menjadi indikator terhadap kualitas generasi penerus.
Hal inilah yang menjadikan pemerintah dan berbagai pihak melakukan program perbaikan gizi sebagai upaya untuk menanggulangi kasus-kasus stunting di Indonesia.
Tak terkecuali Rifo Darma Saputra, seorang pengusaha muda berdarah Minang yang tinggal di Jakarta dengan Yayasan Amal Alsaba Indonesia. Melalui yayasan yang didirikannya pada awal tahun 2022, ia memfokuskan diri dalam membantu masyarakat yang mengidap stunting.
“Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi kita semua mengingat Indonesia tiga besar dalam kasus stunting di Asia,” ungkap pria asal Solok Sumatera Barat ini, Senin (19/9/2022)
Dalam menjalankan programnya, yayasan kemanusiaan yang beralamat di Jln. Simatupang Cilandak Jakarta Selatan, Rifo bersama dengan empat orang pengurus lainnya yang terdiri dari Mayor Jenderal Achmad Riad, Kolonel Infanteri Ihsan Iskandar, Kolonel Purnawiran Supardi, dan Assoc. Prof. Dr. Ricardi S. Adnan bertekad membantu masyarakat Indonesia yang mengidap stunting agar bisa hidup dengan normal.
“Salah satu visi yayasan ini adalah menjadikan Indonesia bebas dari penyakit stunting,” terangnya.
Untuk menjalankan misi tersebut, Yayasan Amal Alsaba Indonesia memberikan bantuan kemanusiaan berupa pengobatan, vitamin dan makanan bergizi ke pelosok tanah air yang memiliki tingkat stunting tinggi.
“Dengan semangat dan tekad untuk membantu masyarakat Indonesia, kita sudah mendaftarkan yayasan ke Kemenkumham, mengikuti prosedur yang semestinya,” ungkapnya.
Di samping memberikan bantuan terhadap anak-anak stunting, Yayasan Amal Alsaba Indonesia juga memberikan layanan bantuan kepada anak-anak yang menderita penyakit kronis seperti jantung bocor serta bantuan kepada kaum duafa dan anak-anak yatim piatu berupa santunan edukasi, bantuan untuk sunat massal, beras dan makanan serba perbaikan fasilitas umum untuk daerah terisolir serta bantuan bibit pohon dan reboisasi.
“Selain bantuan untuk stunting, sejauh ini kita juga sudah banyak membantu anak-anak yang menderita penyakit kronis seperti jantung bocor di berbagai daerah di Indonesia,” jelas Rifo.
Seperti diketahui, di berbagai negara di dunia, permasalahan gizi buruk (stunting) masih menjadi isu penting. Hal ini menjadikan pemenuhan gizi menjadi salah satu agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk perdamaian dan kemakmuran manusia.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyebutkan prevalensi stunting sebesar 24,4%. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yakni 14%. ag
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.