Padang – Unit Pengumpul Zakat (UPZ) PT Semen Padang memberikan perhatian khusus terhadap Pondok Pesantren Darul Ulum, Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai.
UPZ Baznas Semen Padang tidak hanya memberikan bantuan penggemukan sapi, bahkan juga rutin memberikan bantuan sebesar Rp1,2 juta setiap bulan untuk biaya lauk pauk bagi santri, dan bantuan honor guru sebesar Rp3 juta.
“UPZ Baznas Semen Padang itu salah satu donatur tetap kami. 50 persen biaya kebutuhan pondok, berasal dari UPZ Baznas Semen Padang. Kemudian guru-guru pesantren kami ini, juga da’i binaan UPZ Baznas Semen Padang. Untuk itu, saya selaku Ketua Yayasan Darul Ulum, sangat berterimakasih kepada UPZ Baznas Semen Padang,” kata Iswandi.
Koordinator da’i binaan UPZ Baznas Semen Padang itu juga membeberkan sejarah pendirian Pondok Pesantren Darul Ulum. Kata dia, pendirian pondok ini berawal pada tahun 2012. Saat itu, Ia mengemukakan gagasan kepada teman-teman seperjuangannya di Desa Sikakap untuk mendirikan pondok pesantren.
Gagasan itu digulirkannya, karena memang banyak masalah pendidikan yang terjadi di Mentawai, khususnya di Kecamatan Sikakap, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Beberapa masalah yang sangat mendasar adalah kondisi pendidikan di tempat tinggal kaum muslim di pedalaman Mentawai yang ada di tiga kecamatan tersebut.
“Di daerah pedalaman tidak ada sekolah setingkat SMP, apalagi SMA. Yang ada hanya SD. Untuk SMP dan SMA, adanya di pusat-pusat kecamatan. Daerah pedalaman sangat jauh dari pusat kecamatan, sehingga mengakibatkan anak-anak muslim yang ingin melanjutkan sekolah harus mencari tempat tinggal sendiri di pusat kecamatan,” bebernya.
Namun, karena keadaan ekonomi orangtua yang di bawah rata-rata, lanjutnya, mengakibatkan anak-anak muslim di pedalaman atau di desa-desa yang jauh dari pusat kecamatan, tidak sanggup untuk menyewa rumah kos, sehingga mereka tinggal di rumah-rumah kosong tidak layak huni yang ada di pusat kecamatan, terutama di Sikakap.
“Keadaan yang sangat memilukan inilah, saya bersama teman-teman pada tahun 2013, kemudian menyewa rumah berukuran 6×7 meter di pinggiran Desa Sikakap. Di rumah itulah kami mengumpulkan mereka dalam sebuah Pondok Pesantren yang kami beri nama Pondok Pesantren Darul Ulum, yang artinya, rumah ilmu atau pusat ilmu,” tuturnya.
Dengan pemberian nama tersebut, Ia pun berharap Pondok Pesantren Darul Ulum kelak mejadi pusat ilmu pengetahuan di seluruh Sikakap, khususnya dan Mentawai umumnya.
“Untuk memulai aktivitas di tahun pertama pondok didirikan, saya bersama rekan-rekan juga membentuk sebuah yayasan resmi untuk wadah bagi pesantren, yaitu Yayasan Darul Ulum,” ujarnya.
Setelah yayasan didirikan, Ia pun mengunjungi kampung-kampung muslim di pedalaman Sikakap untuk meminta izin kepada orangtua yang anaknya bersekolah di Pusat Kecamatan Sikakap, agar orangtuanya bersedia menempatkan anaknya tinggal di Pesantren. Mayoritas semua orangtua mereka, setuju anaknya tinggal di pesantren.
Pada akhir 2013, Pesantren Darul Ulum mendapatkan perhatian dari Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia melalui seorang da’i nya yang bertugas di kampung muslim Tubeket. Melihat keadaan Pesantren yang memprihatinkan itu, Dewan Da’wah berusaha mencarikan donator untuk Pesantren Darul Ulum. Sehingga pada tahun 2014 ada seorang donatur yang bersedia untuk mewaqafkan hartanya untuk perkembangan Pesantren.
Kemudian dibelilah tanah seluas 450 meter persegi. Tanah yang masih semak belukar itu dibersihkan secara bergotong-royong oleh warga dan seluruh wali santri yang dari pedalaman Sikakap. Setelah bersih dari semakbelukar, gotong-royong dilanjutkan dengan meratakan tanah yang masih miring.
Setelah diratakan, dibangunlah sebuah gedung berukuran 7×18 meter untuk asrama. Akhir tahun 2014, bangunan asrama tersebut sudah selesai dan siap untuk ditempati. Kemudian, Dewan Da’wah kembali mencarikan donatur untuk operasional dan konsumsi harian pesantren, serta mengirimkan da’i nya ke Sikakap untuk membantu pembinaan santri.
Berdirinya Pondok Pesantren Darul Ulum berpengaruh besar terhadap perkembangan keagamaan masyarakat Desa Sikakap dan sekitarnya. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya hubungan erat antara Pondok Pesantren dengan masyarakat, Pemerintah daerah, Departemen Sosial, Departemen Agama.
Secara kelembagaan, Pondok Pesantren Darul Ulum berada di bawah yayasan Darul Ulum. Untuk menunjang kelangsungan pesantren, Iswandi Juga mendaftarkan yayasan Darul Ulum sebagai panti asuhan yang dikelola bersama dengan Dinas Sosial Kabupaten dan Propinsi.
Dengan adanya Panti Asuhan ini, pondok pesantren mendapatkan bantuan subsidi, biaya bulanan, bantuan uang saku, buku dan sebagainya. Sedangkan untuk sarana dan prasarana pesantren, juga ikut berkembang seiring tahun berganti.
“Saat ini, Pondok Pesantren Darul Ulum memiliki dua level pendidikan, yaitu Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SMP dan Madrasah Aliyah (setingkat SMA). Di samping itu, juga ada Tahfidzul-Qur’an yang mendidik santri agar mempunyai keunggulan dalam aspek Al-Qur’an,” jelas Iswandi. (*)