BPJN Sumbar Terus Berupaya Tingkatkan Keamanan Jalan Sitinjau Laut
Sitinjau Laut Black Spot Zone
Padang – Ruas jalan Sitinjau Laut merupakan jalan terkenal paling ‘angker’ di seantero Wilayah Sumatera Barat. Tak sedikit pengguna jalan membicarakan jalan yang berkontur tanjakan yang tinggi dan turunan tajam, yang memiliki lanscape pegunungan serta jurang terjal dan hawa dingin menyejukkan ini.
Medio 2005 kebawah, badan jalan di ruas Sitinjau Laut terkenal sempit dengan tikungan yang tajam berkelok – kelok yang dhiasi dengan jurang dalam disebelahnya. Pemandangan kemacetan lalu lintas pun acapkali terjadi. Bahkan angka kecelakaan lalu lintas pun sangat tinggi, khusus di daerah ini.
Tak ayal, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat pun menjadi putar otak dibuatnya, agar angka kecelakaan lalu lintas dapat diminimalisir, kemacetan dapat dihindari, sehingga arus transportasi logistik maupun angkutan umum dapat berjalan dengan lancar dan roda ekonomi berputar.
Upaya pun dilakukan dengan meminta bantuan Pemerintah Pusat. Alhasil perlahan namun pasti, dari 2005 – 2010, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berupaya memperlebar jalur sepanjang 20 km dan memperkuat badan jalan dengan rigid pavement (aspal beton).
Setelah badan jalan berhasil diperlebar, kemacetan pun berkurang, arus transportasi berjalan lancar serta biaya pemeliharaan jalan juga irit. Akan tetapi, yang menjadi anomali, justru saat ini angka kecelakaan semakin meninggi.
Lagi lagi Pemprov Sumbar minta bantuan kepada Pemerintah Pusat, dengan meminta dibuatkan Fly Over di titik Panorama I Sitinjau Laut. Permintaan awal pun dilayangkan sejak 2013. Namun titik terang baru muncul dengan kedatangan Menteri Bappenas ke lokasi dimaksud pada Maret 2021.
Konon, pembangunan fly over yang rencananya akan dibangun pada ruas Sitinjau Laut, notabene ruas jalan nasional yang menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR, Direktorat Jenderal Bina Marga Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sumbar pun tinggal menunggu ketok palu realisasi dari Bappenas.
Kasatker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) BPJN Sumbar Yudho Dwi Hadiarto ST.MT ketika ditemui Majalah Intrust diruang kerjanya membenarkan, bahwa rencana pembangunan fly over Sitinjau Laut sudah direncanakan sejak lama.
Bahkan sebut Yudho, desain fly over maupun readines criteria seperti feasibility study (fs) izin lingkungan serta Amdal nya sudah dibuat sejak tahun 2015. Tinggal lagi yang masih dalam proses, izin pemanfaatan hutan dari Kementerian LHK.
“Readines criteria seperti amdal dan izin lingkungan serta desain sudah lengkap.
Tinggal lagi lahan yang belum dibebaskan. Izin penggunaan lahan tersebut berada di Kemen LHK, terkait izin pinjam pakai lahan hutan lindung dan hutan konservasi untuk pembangunannya,”ucap Yudho.
Ia mengungkapkan, untuk desain fly over yang akan dibuat adalah sebanyak 4 lajur dua arah dengan lebar 14 meter dan panjang 2,99 km, yang terdiri dari 4 jembatan dengan total panjang 953,5 meter dan 5 segmen jalan dengan total panjang 1645,5 meter.
“Jika memakai desain yang ada sekarang, dibutuhkan biaya sekitar Rp 1,163 triliun. Desain belum fix, karena sedang di review. Diharapkan tahun 2021 ini review selesai,”ungkapnya.
Lebih lanjut Yudho menyampaikan, ruas jalan Sitinjau Laut merupakan area Black Spot oleh BPJN Sumbar, karena kondisi geometrik eksisting jalan diatas grade 10. Dalam artian, kendaraan sangat susah untuk melewati jalan disana.
“Nah dengan dibangunnya fly over ini, kondisi geometrik jalan turun dibawah grade 10. Kalau eksisting jalan sekarang belum ideal, sebab maksimum pelandaian jalan yang ideal adalah grade 10,”ulasnya.
Ia menyampaikan, dalam perkembangan terakhir rapat antara Kementerian PUPR dan Bappenas, bisa saja fly over tidak jadi dibangun, karena adanya kendala maupun kemampuan pendanaan dari pemerintah pusat. Namun ada beberapa opsi alternatif yang diusulkan Bappenas, jika pembangunan fly over batal terlaksana.
BPJN Sumbar pun sudah membuat klasifikasi program penanganan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang terbagi dalam aktif safety dan pasif safety, demi menjaga jalan Sitinjau Laut bisa aman dan nyaman untuk dilalui.
“Secara renstra, pembangunan fly over ini sudah masuk di Bina Marga. Ditjen Bina Marga pada prinsipnya mengikuti kebijakan Bappenas. Namun ada wacana bahwa desain yang ada di evaluasi ulang dan muncul juga alternatif lain baik secara teknis maupun nonteknis, selain pembangunan fly over ini,”kata Yudho.
Opsi yang muncul ke permukaan adalah memaksimalkan koridor lain yang menjadi jalan alternatif tanpa melalui Sitinjau Laut. Selain itu secara teknis memakai desain Elevated Road yang tidak memakan biaya yang mahal.
“Mengingat ruas Sitinjau Laut berada di hutan lindung dan hutan konservasi, tentu pengurusan izinnya sedikit rumit. Batasan lainnya adalah ketersediaan anggaran dari Pemerintah Pusat. Karena dua hal ini maka muncul opsi baru selain pembangunan fly over,”pungkasnya. (Ridho)
Jangka pendek :
Aktif Safety :
Safety mirror, Penerangan Jalan Umum (PJU) , CCTV, pemasangan Papan VMS (Variable Message Sains), memperbaiki permukaan jalan.
Pasive Safety :
Penyediaan ambulan di puskesmas terdekat atau pada jembatan timbang. Kurangi traffic kendaraan berat. penyediaan tali sling dan tool kit.
perbaikan pagar penahan.
Jangka Menengah :
Aktif Safety
membuat himbauan operator bus agar identifikasi rute sebelum berangkat. penyediaan rest area untuk pendinginan roda dan cek rem,
Pasif program
Menyediakan jalur penyelamat untuk kendaraan rem blong.
Pemasangan pagar pemgaman (guard drail).
Jangka Panjang :
Elevated road.
Penyediaan jalan alternatif