BWSS V Padang : Pembenahan Jaringan Irigasi Tarusan Digenjot, Agar Hasil Pertanian Masyarakat Tidak Merosot
Padang – Pemerintah Republik Indonesia dibawah kepemimpinan Joko Widodo diperiode kedua dengan KH Ma’ruf Amin maupun di periode pertama dengan Jusuf Kalla, terus berupaya menggenjot hasil pangan masyarakat. Pembangunan infrastruktur pertanian merupakan komitmen pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan.
Salah satunya dengan menambah fasilitas infrastruktur baru di bidang pertanian, maupun revitalisasi infrastruktur yang sudah ada oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Hal ini dibuktikan dengan massifnya pembangunan infrastruktur ketersediaan air yang menjadi kunci utama keberhasilan pangan, yakni membangun 65 bendungan, 1062 embung, 945 waduk baru, maupun saluran irigasi baru yang mampu mengaliri satu juta hektar lahan pertanian, serta revitalisasi saluran irigasi lama mampu mengaliri tiga juta hektar lahan pertanian
Tak tanggung tanggung, kucuran dana mencapai ratusan triliun rupiah untuk menggali potensi 2,7 triliun meter kubik air di Indonesia setiap tahunnya. Saat ini pun potensi yang sudah tergali baru 679 miliar meter kubik air.
Salah satu bentuk perhatian Pemerintah Pusat ke Sumatera Barat dalam pembangunan infrastruktur pangan, berada di Kabupaten Pesisir Selatan. Dimana Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang tahun 2020-2021 fokus membenahi jaringan irigasi di Nagari Sawah Laweh Kecamatan Tarusan.
Guna mengharapkan jaringan irigasi nantinya berjalan optimal, tiga paket pekerjaan langsung diluncurkan BWS Sumatera V Padang. Dengan perincian Paket I dengan nilai kontrak Rp 38,7 miliar khusus mengerjakan jaringan primer. Paket II dengan nilai kontrak Rp 41,78 miliar khusus mengerjakan jaringan sekunder serta Paket III dengan nilai kontrak Rp 31,3 miliar khusus mengerjakan kontruksi talang.
Kepala BWS Sumatera V Padang Dian Kamila Kepada Majalah Intrust mengatakan, revitalisasi jaringan irigasi Sawah Laweh Tarusan salah satu program pemerintah, untuk meningkatkan produksi pangan maupun peningkatan kesejahteraan petani.
Pekerjaan ini sangat perlu dilakukan, karena dalam kurun waktu 20 tahun ke belakang, jaringan irigasi sudah tidak lagi berfungsi dengan maksimal. Mengingat sistem pompanisasi yang biasa dipakai untuk mengaliri air , sudah tidak dipakai lagi.
“Sejak jaringan irigasi dibangun tahun 1980 hingga tahun 2000, air dari Batang Tarusan dialiri dengan sistem pompanisasi. Namun, karena biaya operasional tinggi, maka tidak dipakai lagi. Sejak tahun 2000 hingga sekarang, sistem pertanian masyarakat hanya sawah tadah hujan. Oleh sebab itu, kita merancang sistem gravitasi untuk mengaliri air irigasi,”jelas Dian Kamila.
Lebih lanjut Dian Kamila mengungkapkan, pembenahan jaringan irigasi ini masuk kajian BWS Sumatera V Padang bersama Pemerintah Kabupaten Pessel dan masyarakat sekitar. Hal ini dilatarbelakangi oleh keluhan masyarakat yang hasil pertaniannya merosot.
Padahal apabila jaringan irigasi dapat berfungsi dengan maksimal, dengan memanfaatkan debit air Batang Tarusan yang melimpah, produksi pertanian dapat dihasilkan lima kali panen dalam dua tahun.
“Karena menggunakan sistem sawah tadah hujan, maka panen hanya dapat dilakukan sekali setahun. Jika lima kali dalam dua tahun petani sudah bisa panen, otomatis pendapatan petani juga meningkat dan produksi pangan Sumbar juga lebih optimal,”
ucap wanita ramah ini dengan optimis.
Kepala Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) PJSA IAKR Danwismai ST.MDM secara teknis menjelaskan, pekerjaan revitalisasi jaringan irigasi Sawah Laweh Tarusan terbagi dalam tiga paket pekerjaan, dimulai pada Februari 2020 dan diperkirakan selesai pada 2021. Kontrak pekerjaan yang semula menggunakan sistem single years berubah menjadi multi years, karena Covid 19.
Saluran primer yang dibuat ada satu titik, yakni saluran primer Koto Panjang dengan panjang 9273 meter. Lalu saluran sekunder ada empat masing masing nya saluran sekunder Sawah Laweh sepanjang 5863 meter, saluran sekunder Sungai Tawar sepanjang 1500 meter, saluran sekunder Teluk Raya sepanjang 1116 meter serta saluran cumateh sepanjang 2124 meter. Untuk kontruksi talang nya terdiri dari jumlah bangunan bagi sadap dua buah serta bangunan sadap 36 buah dan jumlah bangunan pelengkap 55 buah.
“Nantinya setelah pekerjaan rampung, luas areal pertanian yang dialiri jaringan irigasi ini seluas 3273 hektar dengan aliran debit air 5,6 liter per detik,”beber Danwismai
Kendala pekerjaan kata Danwismai hanya karena masalah anggaran pekerjaan yang di potong akibat di refocussing untuk menangani Covid 19. Jika anggaran tak terpotong, mungkin saja pembangunan bisa selesai akhir tahun 2020.
Namun begitu, pihaknya mengharapkan rekanan tetap bekerja profesional dalam membangun infrastruktur pangan. Agar manfaat yang dirasakan, bukan hanya untuk kalangan petani, akan tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat banyak. (ridho)