Padang – Mahasiswa jangan merasa diri mereka cuma pekerja, tapi sebaliknya motor penggerak kebangkitan dunia pariwisata. Pariwisata memang mengalami dentuman yang signifikan sejak pandemi Covid-19, namun bencana itu hendaknya menjadi kekuatan.
“Yakinlah, pariwisata tidak tidur tapi bangun dengan kondisi yang tak sama dengan kondisi sebelum Covid-19. Mari bersatu untuk bangkit dengan kekuatan 10 kali lipat,” kata Dirjen Pendidikan Vokasi (Diksi) Kementerian Pendidikan Wikan Sakarinto, Senin (19/10).
Berbicara dalam pembukaan FGD Pengembangan Akademis Prodi Usaha Perjalanan Wisata Politeknik Negeri Padang bersama DUDI yang digelar secara online dan offline di Grand Zuri Hotel Padang Wikan mengungkapkan, andaipun pandemi berlangsung setahun, tetaplah memperkuat soft skill dan praktik.
Ia meminta seluruh mahasiswa jangan puas dengan simulasi dan teori. Karena di pasar kerja nanti kita tak ada jaminan ketemu bos yang baik hati. “Yang ditemui kebanyakan bos yang galak dan banyak tuntutan ini dan itu,” ungkapnya setengah berseloroh.
Dirjen Diksi itu juga menghimbau agar para dosen vokasi benar-benar menghasilkan penelitian yang tak sekedar menghasilkan paper terindeks Scopus dan memenuhi persyaratan naik pangkat. Akan tetapi, hasilnya harus benar-benar terpakai dan dibutuhkan masyarakat. Untuk tahu kebutuhan pasar dan masyarakat, mereka harus datang dan magang di industri.
Perguruan tinggi vokasi masa kini sebutnya, tidak cukup mengandalkan 50 jam per prodi per semester. Namun menuntut sertifikat kompetensi, pengalaman magang guru dan dosen minimal 4 tahun sekali. Lalu menjalani training teaching factory yang merupakan konsep pembelajaran yang berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri.
Dirjen yang menekankan soft skill dan keterampilan berkomunikasi ini menyatakan, perguruan tinggi vokasi jika hanya mengajari hard skill tanpa menyertakan soft skill, tanpa ancaman Covid-19 pun akan runtuh. Sebab perguruan tinggi butuh kecepatan untuk mengubah mindset kurikulumnya, menciptakan branding yang kuat agar diminati masyarakat (input) dan industri (output).
“Sehubungan dengan itu, pimpinan, kepsek, dekan, direktur politeknik dan jajarannya juga dituntut memiliki kemampuan leadership, visioner, dan punya kemampuan manajerial yang kuat. Pengajar tamu ahli (expert) dari industri bahkan minimal dibutuhkan 20%,” tekannya.
Alumnus Teknik Mesin yang mengaku pernah menjadi guide yang laris manis di masa remajanya ini juga menekankan, the best strategy dalam marketing adalah kepuasan pelanggan. Karena itu kekuatan promosi dari mulut ke mulut harus powerfull sambil intens menggrap medsos untuk mendapatkan sebanyak mungkin simpati kaum millenial.
Sebagai pelaku industri, pengelola perguruan tinggi juga harus paham kalau dunia medsos didominasi oleh kaum milenial, yang sangat aware dengan digital technology. “Fenomena ini harus bisa diterjemahkan oleh mahasiswa dan dosen yang terlalu teoritis, dan jadi pertimbangan juga bagi perancang industri berbasis kewirausahaan yang kuat,” tegas Dirjen.
Ketua Panitia Penyelenggara Sarmiadi, S.E., M.M., melaporkan, selain Dirjen Diksi Wikan Sakarinto, ST, M.Sc. Ph.D., Panitia FGD juga menghadirkan Keynote Speaker Dr. Diena M. Leny, A.Par, M.M , Sekjen Hildiktipari, Prof. Azril Azahari, Ph.D., Ketua Umum ICPI. Sedang dari Pemprov Sumbar ada Novrial, SE, MA. A.K, Kadis Pariwisata Provinsi Sumbar, dan Dra. Gemala Ranti, M.Si, Kadis Kebudayaan Provinsi Sumbar.
Pembukaan FGD yang dibuka secara resmi dilakukan Direktur Politeknik Negeri Padang, Surfa Yondri, S.T., S.S.T., M.Kom. tersebut juga diikuti oleh kalangan akademis, praktisi industri pariwisata dan birokrat terkait. (ridho)