Jakarta, majalahintrust.com – Rangkaian acara Wara Wiri Feskraf berakhir Minggu malam ini (27/11). Kegembiraan tampak bukan saja pada pengisi acara dan panitia, tetapi para pedagang kuliner, baju daerah, karya seni lainnya, termasuk buku. Karena sebagian besar dari mereka dagangannya habis.
Seluruh pedagang makanan, 26 stand, yang berada di selasar depan Sasono Utama dagangannya habis. Bahkan pedagang nasi padang, lauk pauk yang dibawanya sudah habis pukul 14.00. Padahal acara berlangsung sampai malam, sekitar pukul 20.00.
Bisa jadi ketertarikan sebagian pengunjung kuliner karena bentuk standnya yang unik. Stand itu dibangun menggunakan bambu dan atap seperti ijuk. Material stand ini sangat terlihat dari jauh dan mengandung daya tarik pada pengunjung Taman Mini Indonesia pada umumnya untuk datang.
Sedangkan pengunjung acara Wara Wiri, sekitar 2000 kepala per hari, lebih senang makan di pusat kuliner Wara Wiri karena dekat arena, selain harganya yang terjangkau. Harga makan besar di tempat ini hanya Rp30.000 – Rp40.000 per orang.
Pengunjung yang melimpah di stand kuliner ini membuat tempat makan, berupa meja panjang, penuh dengan plastik dan wadah makan yang ditinggalkan pengunjung yang sudah selesai makan. Hal ini membuat petugas kebersihan harus bergerak cepat agar meja bisa digunakan kembali.
Hal yang sama dirasakan juga oleh pedagang pakaian, kain, sepatu, dan aksesoris yang menempati stand di dalam Sasono Utomo, yang mengelilingi arena diskusi. Kendati tidak seberuntung pedangan kuliner, tetapi mereka gembira karena penjualan di atas perkiraan mereka. Misalnya, Uni Nell, songket yang dibawaya dari Padang hanya tinggal beberapa helai saja.
Hanya pedagang buku yang kurang beruntung. Hari pertama mereka berhasil menjual buku senilai Rp600 ribu. Hari kedua Rp4 juta. Puncaknya adalah hari ketiga, omsetnya sudah mendekati Rp10 juta. Raymond mengatakan penjualan buku ini sudah sesuai dengan perkiraan mereka.
Sastri Bakry, Direktur Utama Wara Wiri Feskraf, yang aktif merekrut para pedagang ini dibisiki banyak pedagang. Mereka minta diajak lagi jika acara ini digelar lagi. “Saya bilang, pasti dong,” kata Sastri Bakry, yang juga penyair dan budayawan ini.
Sedang Denny JA, Ketua Perkumpulan Penulis Seluruh Indonesia Satupena, yang membiayai rangkaian acara Wara Wiri Feskraf ini, takjub dengan cerita para pedagang ini. Denny melihat para pedagang kuliner, songket, sepatu, dan lukisan di arena Wara Wiri sebagai pedagang tangguh. Dia juga memuji rasa Sate Padang yang dipesannya di pedagang kuliner ini. “Rasanya cocok dengan lidah saya,” katanya.
Denny melihat pasar untuk kuliner, tenun, songket, dan budaya Indonesia mempunyai prospek bagus di masa depan. Baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Rasa makanan produksi rumahan di bazar kuliner Wara Wiri ini sangat khas Indonesia. Begitu juga dengan fashion, design dan warnanya berani. Hal ini menjadi pembeda dibandingkan dengan produk impor.
Di masa depan bisnis kuliner, baju tradisional, dan produk kriya lainnya merupakan kekayaan budaya Indonesia yang bisa diandalkan setiap daerah untuk menopang perekonomian mereka asalkan dikelola secara modern. “Semua itu menjadi harta karun bagi Indonesia,” kata Denny JA.
Hal semacam itu cocok dengan cerita duta besar Diennaryati Tjokrosuprihatono yang pernah bertugas di Ekuador tahun 2012-2016. “Saya mengajak warga Ekuador untuk mencoba makanan Indonesia, ternyata mereka suka,” ujarnya.
Akhirnya Dienny membantu warga Ekuador membuka 3 restoran Indonesia menjelang pulang ke Indonesia. Semua pemilik dan pengelola adalah warga lokal di sana.
Empat orang duta besar lain mengenalkan Indonesia melalui batik. Batik sebagai produk Indonesia, juga produk budaya Indonesia, mendapat tempat istimewa di negara tempat mereka bertugas. Hampir semuanya menyukai batik
Wara Wiri Feskraf yang baru saja ditutup ini adalah festival pertama. Festival ini akan berlangsung setiap tahun. Mata acaranya akan dipertahankan: menyajikan banyak item produk lokal dan budaya nusantara, sesuai dengan nama Wara Wiri Feskraf, Warna Rasa Budaya Wisata Negri Festival Ekonomi Kreatif. r-ns
Komen yang ditutup, tetapi jejak balik dan ping balik terbuka.