World Enviromental Day Bertemakan Restorasi Ekosistem : Sejalan dengan Semangat Merestorasi Sampah Dalam Menyelamatkan Lingkungan
Jakarta – Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Enviromental Day) tahun 2021 memiliki tema Ecosystem Restoration (Restorasi Ekosistem). Tema tersebut sangat sejalan dengan semangat Indonesia dalam merestorasi sampah, yang semula mencemari lingkungan, menjadi nilai ekonomis.
Salah satunya melalui Program Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dengan teknologi Refused Derived Fuel (RDF) yang dilaksanakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK) Republik Indonesia. Program ini merupakan salah satu solusi strategis, untuk mengurangi produksi sampah nasional.
Berdasarkan laporan Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2018, timbunan sampah Tanah Air sudah mencapai 65,2 juta ton per tahun. Lebih mengkhawatirkan lagi, jumlah timbunan sampah akan bertambah 5,9 juta ton pada 2025 mendatang.
Direktur Persampahan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah dan B3 Kemen LHK Novrizal Tahar mengatakan, Program RDF ini sudah dirancang sejak 2012. Setelah melalui pembahasan yang matang, barulah lima tahun kemudian, tepatnya pada 2017 program ini dimulai. Tujuan dari Program RDF ini adalah mengurangi produksi sampah di Indonesia, dimana produksi sampah hingga saat ini cukup mengkhawatirkan.
Kekhawatiran tersebut juga cukup beralasan, karena kebanyakan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) memakai sistem open dumping. Kesulitan sistem dimaksud juga ditambah dengan lahan pembungan yang terbatas. Sementara jika menggunakan sistem Sanitary Landfill, membutuhkan biaya yang cukup besar.
Jika program ini berjalan maksimal kata Novrizal Tahar, maka dapat mengurangi 20 ribu ton sampah per hari dari total produksi sampah 80 ribu ton setiap hari. Nilai plus lainnya yang didapat, sampah juga dapat mengurangi konsumsi batubara untuk pabrik semen dan pembangkit listrik.
“Pemanfaatan teknologi RDF dapat menyediakan energi alternatif bagi offtaker kiln semen dan offtaker pembangkit listrik yang semula menggunakan batubara. Ada sebanyak 34 titik industri semen dan lebih dari 50 PLTU di seluruh Indonesia, ” rinci Novrizal.
Ia mengungkapkan, teknologi RDF di TPST tersebut menggunakan metode biodrying dalam mengolah sampah. Metode biodrying adalah pengeringan secara biologis yang disertai dengan aerasi. Secara umum, drying berarti proses mengurangi kandungan air dalam material.
Tahun ini sebut Novrizal, Pemerintah berencana akan membangun 10 Tempat TPST dengan tenologi RDF. Artinya hal ini tak hanya menyelesaikan masalah sampah, namun juga meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan. Dengan demikian, penggunaan RDF akan mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus menyelesaikan persoalan sampah di Indonesia.
“Teknologi RDF ini merupakan program potensial dari sisi energi baru dan terbarukan. Hal ini juga mendukung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam memenuhi target energi baru dan terbarukan dari RDF sebesar 23 persen pada tahun 2025. Sementara pada tahun 2030 ditingkatkan menjadi 29 persen melalui teknologi tersebut, “ucapnya.
Saat ini kata Novrizal, Aplikasi TPST Teknologi RDF sudah diterapkan di Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruk Legi Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas 135 ton perhari. Pemkab Cilacap bekerjasama dengan PT Semen Indonesia. Selain itu juga diterapkan di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat, namun masih dalam skala kecil dengan kapasitas 20 ton hingga 35 ton perhari.
Untuk Sumatera Barat jelas Novrizal, program RDF ini sedang dalam tahap sosialisasi. Dinas Lingkungan Hidup Sumbar dan Kota Padang pun sudah berkoordinasi dengan dirinya, agar segera di terapkan di Sumbar.
Namun ia optimis Kota Padang bakal menjadi pencetus penerapan program ini. Potensi sampah yang mencapai 600 ton perhari serta hadirnya Pabrik PT Semen Padang dan PLTU Teluk Sirih serta PLTU Ombilin, menjadi tempat yang pas untuk penerapan Program RDF.
“Padang saat ini dihadapkn pada kapasitas TPA Air Dingin yang sudah mulai penuh karena memakai sistem open dumping. Dengan adanya pabrik semen dan pembangkit listrik disana, potensi pengurangan produksi sampah mencapai 200 ton perhari,” pungkasnya(ridho)